-->


Iklan

newiklan

PBB Tunda Gencatan Senjata Suriah, Korban Tewas Meningkat 470 orang

Sabtu, 24 Februari 2018, Februari 24, 2018 Wita Last Updated 2018-02-24T13:43:14Z
Aljazeera.com APF
[Abdulmonam Eassa/AFP]

Aljazeera -- Jumlah korban tewas di Ghouta Timur Suriah melampaui 470 jiwa. Dewan Keamanan PBB telah membuat rancangan resolusi yang meminta gencatan senjata 30 hari di seluruh Suriah, namun ditunda sampai pada hari Sabtu.

Pemungutan suara tersebut telah beberapa kali tertunda, karena anggota dewan mencoba meyakinkan Rusia untuk menyetujui sebuah resolusi.

menurut Observatorium Khusus untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris, melaporkan lebih dari 470 orang, termasuk 150 anak-anak, telah terbunuh di pinggiran kota Damaskus sejak hari Minggu.

2.330 orang lainnya cedera, kata SOHR pada hari Jumat malam. Puluhan orang lainnya hilang "di bawah reruntuhan", tambahnya, saat pasukan Suriah yang didukung Rusia terus melakukan penyerangan udara di daerah kantong pemberontak tersebut, yang menampung sekitar 400.000 orang.

Ghouta Timur adalah wilayah terakhir pemberontak yang tersisa di sebelah timur Damaskus dan dikepung oleh pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad sejak tahun 2013.

Rancangan resolusi DK PBB, yang disponsori oleh Kuwait dan Swedia, ditujukan untuk menerapkan gencatan senjata untuk memungkinkan pengiriman bantuan dan evakuasi warga sipil dari daerah pinggiran yang dikepung.

Editor Al Jazeera James Bays, yang melaporkan dari markas besar PBB di New York, mengatakan pada hari Jumat bahwa penundaan yang terjadi adalah karena adanya ketidaksepakatan antara Rusia dan anggota Dewan Keamanan lainnya mengenai resolusi terbaru.

"Tentu ada perubahan yang dibuat pada resolusi tersebut pada hari Kamis setelah pertemuan Dewan Keamanan," katanya.

"Mereka [anggota Dewan Keamanan] mengubah beberapa pembahasan."

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Steffan de Mistura, menekankan perlunya mendesak gencatan senjata untuk menghentikan "pemboman berat mengerikan Ghouta Timur dan penembakan mortir sembarangan di Damaskus".

Duta Besar PBB PBB Vassily Nebenzya mengatakan bahwa tidak ada kesepakatan dan memberikan amandemen terhadap rancangan resolusi tersebut "agar realistis", sementara duta besar Suriah untuk PBB, Basher al-Jaafari, menuduh badan internasional dan media pendukung yang utama "teroris yang direkrut oleh AS dari seluruh dunia" untuk berperang di Suriah.

Sebagai tanggapan, Nikki Hailey, duta besar AS untuk PBB, menyebut tindakan Rusia sebagai "tidak dapat dipercaya" dalam cuitanya di akun Twitter.
Komentar

Tampilkan

Liputan9

Liputan9